Kesempatan untuk mengunjungi Australia dari tanggal 28 November hingga 4 Desember 2024, sebagai bagian dari delegasi Universitas Pattimura ke Rural General Practitioners Conference 2024, di Manly, New South Wales (NSW) dan kunjungan ke daerah terpencil di NSW, merupakan pengalaman yang tak ternilai. Perjalanan ini tidak hanya memungkinkan kami untuk mempelajari lebih dalam tentang kompleksitas tantangan kesehatan di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, tetapi juga menyediakan platform unik untuk belajar dari sistem dan institusi kesehatan Australia.
Kunjungan ke Australia ini merupakan langkah penting dalam kolaborasi yang sedang berlangsung antara Universitas Pattimura dan Rural Doctors Network (RDN) NSW, yang difasilitasi oleh Proyek Hibah Lembaga Australia-Indonesia 2024 (AII Grants 2023-2024). Sebelum kunjungan ini, RDN telah melakukan program penjangkauan yang sukses di Maluku, dengan Dr. Robyn Ramsden yang memberikan kuliah tamu bagi mahasiswa dan seminar dosen tentang literasi kesehatan daerah terpencil di Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon. Selain itu, sebuah proyek penelitian bersama juga telah dimulai untuk mengevaluasi sistem rujukan kesehatan di Provinsi Maluku, khususnya di Kabupaten Buru.
Salah satu hal penting dalam kunjungan ini adalah penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Universitas Pattimura, yang diwakili oleh Rektor Prof. Fredy Leiwakabessy, dan RDN NSW, yang diwakili oleh Chair of the Board Peter O’Mara. Kemitraan strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara kedua institusi, membuka jalan baru untuk pengembangan dan peningkatan, terutama di Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura. Startegic Workshop yang dilaksanakan setelahnya juga memberikan ruang perencanaan untuk kegiatan-kegiatan kolaborasi Unpatti-RDN kedepan. Rural General Practitioners Conference 2024, yang diselenggarakan oleh RDN dan RDA NSW, menawarkan lingkungan intelektual yang kaya untuk mendiskusikan dan menganalisis isu-isu mendesak dalam perawatan kesehatan pedesaan. Presentasi kami mengenai tantangan pelayanan kesehatan yang dihadapi oleh Indonesia bagian timur khususnya Maluku merupakan momen penting, menyoroti kesenjangan dan keterbatasan sumber daya yang menghambat pemberian layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat kita. Konferensi ini memberikan perspektif global tentang kesehatan pedesaan, menginspirasi solusi inovatif dan mendorong kolaborasi internasional.
Tanggapan dari para peserta, termasuk rural GP dan mahasiswa kedokteran, sangat positif. Terdapat ketertarikan yang kuat terhadap tantangan dan peluang yang terkait dengan kesehatan di daerah terpencil di Indonesia, sehingga membuka jalan bagi kolaborasi potensial, pertukaran mahasiswa kedokteran, dan kegiatan yang saling menguntungkan lainnya.
Kunjungan kesehatan pedesaan berikutnya ke Dinas Kesehatan Lokal di NSW Barat di Orange sangat mencerahkan. Menyaksikan integrasi pelayanan virtual ke dalam berbagai
layanan kesehatan, termasuk farmasi, fisioterapi, perawatan trauma, dan bahkan kemoterapi, sungguh merupakan terobosan baru. Distribusi layanan kesehatan yang lancar, terlepas dari lokasi geografisnya, merupakan bukti kekuatan teknologi dalam mengatasi tantangan perawatan kesehatan di pedesaan.
Perbedaan dalam perawatan virtual dan kemampuan telehealth antara Australia dan wilayah kita tidak dapat disangkal. Namun, menyaksikan kemajuan Australia dalam mengatasi kompleksitas kesehatan pedesaan dan terpencil telah memberikan rasa optimisme yang kuat. Kami melihat hal ini bukan sebagai kekurangan, tetapi sebagai peluang luar biasa untuk pertumbuhan dan perkembangan, yang memungkinkan kami untuk belajar dari pengalaman mereka dan membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan.
Selanjutnya kami mengunjungi Fakultas Kedokteran Charles Sturt University. Fakultas Kedokteran ini beroperasi dari daerah pedesaan Australia, Orange, di NSW Bagian Barat.
Komitmen Charles Sturt University terhadap pendidikan kedokteran di daerah pedalaman tidak kalah mengesankannya. Mereka berkomitmen menerima dan melatih mahasiswa dari
daerah terpencil, dan menaruh percaya bahwa mereka yang dilatih menjadi dokter di daerah terpencil akan kembali mengabdi bagi pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
Mempelajari program dan strategi inovatif mereka untuk menarik dan mempertahankan tenaga kesehatan profesional di daerah pedesaan memberikan wawasan yang berharga bagi Universitas Pattimura. Dengan mengadopsi pendekatan yang sama, FK Unpatti dapat mengembangkan generasi dokter di masa depan yang bersemangat untuk melayani masyarakat daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Pengalaman transformatif ini telah memperluas pemahaman kami tentang tren perawatan kesehatan global dan praktik terbaik. Hal ini telah memperkuat pentingnya kolaborasi interdisipliner, inovasi teknologi, dan komitmen yang kuat terhadap kesehatan pedesaan. Kami ingin sekali menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang kami peroleh dari kunjungan ini untuk mengatasi tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia bagian timur dan berkontribusi pada pengembangan sistem pelayanan kesehatan yang lebih adil dan mudah diakses oleh masyarakat.
Dengan membangun fondasi yang telah dibangun dari kegiatan-kegiatan awal ini, kunjungan ini bertujuan untuk lebih memperkuat kemitraan dan menjajaki peluang-peluang untuk kolaborasi di masa depan. Tahap selanjutnya dari kolaborasi ini akan melibatkan publikasi temuan penelitian dari proyek penelitian bersama. Selain itu, kedua institusi akan secara aktif mencari peluang hibah tambahan untuk mendukung inisiatif di masa depan, seperti pembentukan jaringan dokter pedesaan di Maluku, program pertukaran pelajar, dan proyek penelitian lebih lanjut.
Pengalaman Transformatif di Australia
-Fredy Leiwakabessy, Bertha Que, Parningotan Silalahi, Farah Noya-
No responses yet